Aku tertanam dalam tanah lapang dan tandus
bernafas bersama cacing-cacing
bergerak melawan batu
bermimpi bersama gelap
Ku menggapai tangan-tangan tak bernyawa
di tanah lapang tak bertuan
tandus dari harapan, hanya ada keputus asaan
dan melonglong bersama kurcaci tak berkepala
Ku tatap goretan di nisan dari pecahan batu
dan ku muntahkan kembali kerak itu
kini ku tertatih-tatih dengan awan di kepalaku
tanpa jeda waktu, tanpa larangan
Kau penghuni retakan tembok pencakar langit
berlumutkan kedengkian, bercahayakan kebencian
terabaikan tanpa sesal, tanpa udara
dan di tanah ini kau membatu
bagaikan nisan tak bertuan